Senada dengan Deighton (1971) yang menyatakan "Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods." Maksudnya , cheating ialah upaya yang dilakukan seseorang untuk menerima keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur. Sementara itu , menurut Pincus & Schemelkin (2003:196) perilaku menyontek merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan ketika seseorang mencari dan membutuhkan adanya pengesahan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah mirip memalsukan berita terutama ketika dilaksanakannya evaluasi akademik.
Berdasarkan beberapa pengertian menyontek di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek ialah acara , tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk memalsukan hasil belajar dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan berita dari luar secara tidak sah pada dikala dilaksanakan tes atau evaluasi akademik untuk mencapai tujuan tertentu.
Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek ialah untuk memuaskan keinginan orang tua. Santrock (2003) mengatakan bahwa tidak jarang orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak-anaknya dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orang tua tanpa melihat kemampuan anaknya. Orang tua bermaksud ingin memperlihatkan yang terbaik bagi anak-anaknya , namun keinginan tersebut tidak memperhatikan kemampuan anak.
Agustin (2014) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa menyontek pada dikala ujian. Faktor-faktor penyebab menyontek adalah:
- Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada "hasil studi" berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
- Pendidikan moral , baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa.
- Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
- Anak sampaumur sering menyontek daripada anak SD , karena masa sampaumur bagi mereka penting sekali memiliki banyak sahabat dan populer di kalangan teman-teman sekelasnya.
- Kurang mengerti arti dari pendidikan.
Indikator Menyontek
Menyontek sebagai perilaku ketidakjujuran akademis yang sering dilakukan oleh mahasiswa memiliki beberapa indikator. Sejumlah indikator menyontek yang kerap digunakan para peneliti yang melaksanakan penelitian berkaitan dengan perilaku menyontek yang terjadi pada pelajar maupun mahasiswa merujuk pada pendapat Dody Hartanto (2012:23-29) yang menguraikan bahwa te rdapat delapan indikator menyontek sebagai berikut:
a. Prokrastinasi dan efikasi diri
Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek ialah prokrastinasi dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda acara atau tugas) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena orang yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah dalam menghadapi ujian.
Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi perilaku menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan peran atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan bisa menyelesaikan peran yang diberikan dengan baik dan menolak untuk melaksanakan acara menyontek.
b. Kecemasan yang berlebihan
Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang melaksanakan acara menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek ialah munculnya kecemasan yang berlebihan dikala tes. Kecemasan tersebut dapat mensugesti otak sehingga otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat orang terdorong dalam melaksanakan acara menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.
c. Motivasi belajar dan berprestasi
Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan peran maupun pekerjaan yang diberikan kepadanyadengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan peran sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar , sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi tes.
d. Keterikatan dengan kelompok
Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melaksanakan acara menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut mencicipi keterikatan yang kuat di antara mereka sehingga mendorong untuk saling menolong dan menyebarkan termasuk juga dalam menyelesaikan ujian atau tes. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada sahabat yang dikenal atau sahabat dekatnya.
e. Keinginan nilai tinggi
Keinginan seseorang untuk menerima nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong seseorang melaksanakan acara menyontek.Orang berpikir bahwa nilai ialah segalanya dan berusaha untuk menerima nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara yang salah (menyontek).
f. Pikiran negatif
Pikiran negatif yang dimiliki siswa mirip ketakutan dianggap ndeso dan dijauhi sahabat , ketakutan dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek pada siswa. Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena kekerabatan orang tua dan siswa yang kurang baik. Orang tua seharusnya memperlihatkan dorongan dan kepercayaan kepada siswa semoga dapat meminimalisir perilaku menyontek.
g. Perilaku implusive dan cari perhatian
Dody Hartanto (2012:28) mengatakan bahwa orang yang melaksanakan acara menyontek menunjukkan indikasi mereka terlalu menuruti kata hati (implusive) dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking). Individu dapat dikatakan implusive kalau keputusan yang dibuathanya berdasarkan dorongan untuk menerima keuntungan pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan akan sensasi (perhatian) yang berlebihan ialah ketika individu yang sedang dalam tumbuh dan berkembang tersebut melaksanakan perbuatan menyontek sebagai sesuatu yang alami untuk bertahan hidup.
h. Harga diri dan kendali diri
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi atau berlebihan akan cenderung memilih untuk melaksanakan acara menyontek. Perbuatan menyontek tersebut dilakukan untuk menjaga harga diri siswa tetap terjaga dengan menerima nilai yang tinggi walaupun dengan menyontek. Selain itu orang yang memiliki kendali diri (self control) yang rendah juga cenderung melaksanakan perbuatan menyontek.
Bentuk-Bentuk Menyontek
Berhubungan dengan bentuk-bentuk menyontek , Hetherington and Feldman (1964; dalam Dody Hartanto , 2012:17) membagi perilaku menyontek ke dalam empat bentuk , yaitu:
- Individual-opportinistic yang dimaknai sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas.
- Independent-planned yang diidentifikasikan sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung , atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
- Social-active yang merupakan perilaku dimana siswa mengcopi atau melihat atau meminta jawaban dengan orang lain.
- Social-passive yakni mengizinkan seseorang melihat atau mengcopi jawaban.
Menurut Dody Hartanto (2012:37) beberapa bentuk dari perilaku menyontek diantaranya ialah (a) menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap acara akademik , (b) membuat berita , rujukan atau hasil dengan menipu orang lain , (c) plagiat , dan (d) membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku menyontek.
Dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi zaman sekarang ini , timbul bentuk perilaku menyontek yang baru. Hal ini mirip menggunakan kalkulator , memfoto materi yang akan diujiankan dengan kamera hand phone , membuka internet dengan hand phone ketika ujian sedang berlangsung , berbalas sms dengan sahabat , dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan temuan hasil penelitian McCabe (2001) di sebuah SMP swasta di Yogyakarta yang mana terdapat 74 % siswa pernah menggunakan dan memanfaatkan teknologi untuk menyontek.
Dari beberapa bentuk menyontek di atas , dapat disimpulkan bentuk-bentuk perilaku menyontek antara lain:
- individual-opportinistic ,
- independent-planned ,
- social-active ,
- social-passive ,
- melihat jawaban sahabat ketika tes berlangsung ,
- meminta jawaban pada sahabat ,
- mengizinkan sahabat menyalin jawaban ,
- menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap acara akademik ,
- plagiat ,
- membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku menyontek ,
- membuka buku dikala ujian ,
- membuat catatan sendiri ,
- membuat coret-coretan di kertas kecil , rumus di tangan , di kerah baju ,
- mencuri jawaban sahabat , dan
- memanfaatkan teknologi.